pengertian dari Al Quran ?


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Allah menurunkan al-Qur'an kepada Nabi kita Muhammad saw untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya al-Qur'an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Sebagai satu-satunya wahyu yang masih ada hingga sekarang, al-Qur'an merupakan Kitab yang tidak pernah tercampur dengan kebatilan dari manapun datangnya.
Sebagai verbum-dei (kalamu Allah), al-Qur'an mencakup spiritualitas dan doa Muhammad (al-baqarat al-Muhammadiyat), dan semua jalan spiritualnya berasal dari substansi eksistensi Rasul sendiri melalui penurunan Firman Tuhan ke dalam jiwa rasulnya yang suci. Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan Nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial kaum muslimin dalam segala aspeknya. Bahkan, masyarakat muslim mengawali eksistensinya dan memperoleh kekuatan hidup dengan merespon da'wah al-Qur'an.
Menjadi suatu keharusan dan keniscayaan bagi orang-orang Islam untuk mengenal sejarah turunnya al-Qur'an, karena al-Qur'an selain sebagai sumber ajaran Islam, juga sebagai way of life yang menjamin kesenangan dan kebahagiaan dunia akhirat bagi pemeluknya. Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia yang meletakkan dasar-dasar prinsipil segala persoalan kehidupan dan merupakan Kitab yang universal.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dari makalah ini adalah:
1.      Apa pengertian dari Al Quran ?
2.      Bagaimana priodeisasi turunnya Al Quran ?
3.      Apa hikmah dari pada di turunkannya Al Quran secara langsung dan berangsur – angsur ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Al Quran
Secara bahasa Quran itu sama dengan masdar qira’ah dari kata qara’a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun.
Sedangkan secara istilah, ulama’ berbeda - beda dalam mendefinisikannya tanpa mencedreai satu sama lainnya, dan yang paling masyhur definisi al quran adalah : Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Mukjizat Bagi Nabi Muhammad, Dinukilkan secara Mutawatir, membacanya bernilai ibadah, tertulis dalam mushhaf, diawali alfatihah dan diakhiri surat an-Nas.[1]
B.            Priodeisasi Turunnya Al Quran
Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 6666 ayat, 114 surah, diturunkan oleh Allah swt. kepada nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril secara bertahap dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijjah haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran nabi atau tahun 10 H.[2] Dalam proses pewahyuannya, terdapat beberapa cara, yaitu pertama, al-Qur’an turun dengan cara Allah swt. berbicara langsung kepada nabi Muhammad dalam keadaan terjaga (tidak tidur). Kedua, malaikat Jibril turun dalam wujud manusianya dan membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada nabi Muhammad, kemudian diikuti oleh nabi Muhammad. Dan yang ketiga, al-Qur’an turun dengan didahului suara gemerincing lonceng yang sangat kuat. Cara yang terakhir inilah cara yang dirasa nabi Muhammad sangat berat saat menerima wahyu Allah swt. Sedangkan pendapat lainnya muncul dari al-Suyuti seorang ahli al-Qur’an menyebutkan beberapa model lain dari pewahyuan al-Qur’an, yaitu pewahyuan dalam tidur dan pewahyuan nabi selama perjalanan Isra.[3]
Dalam beberapa doktrin teologis dikatakan bahwa sebelum diturunkan, al-Qur'an telah tersimpan dalam Lauh al-Mahfudz (QS.al-Buruj: 21-22), yaitu catatan gaib yang sangat besar, detail, dan kompleks tentang segala sesuatu yang tercipta, baik yang ada, akan ada dan sudah tiada.[4] Catatan ini telah tertulis sejak zaman Azali (zaman sebelum ada penciptaan). Kemudian diturunkan secara total, utuh ke Baitul Izzah yang berada di lapisan langit terdekat dengan bumi (sama'ad dunya), kemudian diturunkan oleh malaikat Jibril secara gradual, tidak secara sekaligus, melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, sering wahyu turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada nabi atau untuk membenarkan tindakan nabi Muhammad saw. Meski demikian, banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.[5]
Pendapat lain menyebutkan bahwa kayfiyat diturunkannya al-Qur’an ada tiga cara, yaitu:
Pendapat pertama, al-Qur’an diturunkan ke langit dunia pada layl al-qadr sekaligus yakni lengkap dari awal hingga akhirnya. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur sesudah itu dalam tempo 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun berdasar pada perselisihan yang terjadi tentang berapa lama nabi bermukim di Makkah sesudah beliau diangkat menjadi rasul.
Pendapat kedua, al-Qur’an diturunkan ke langit dunia dalam 20 kali layl al qadr dalam 20 tahun atau 23 layl al-qadr dalam 23 tahun, atau 25 layl al daqr dalam 25 tahun. Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia, sekedar yang hendak diturunkan dalam tahun itu kepada nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur.
Pendapat ketiga, al-Qur’an itu permulaan turunnya ialah di malam layl al qadr, kemudian diturunkan setelah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.[6]
Pendapat lain menyebutkan bahwa al-Qur’an diturunkan dalam tiga kali dan tiga tingkat. Pertama, diturunkan ke Lauh al-mahfudz. Kedua, ke Baityl Izzah di langit dunia. dan Ketiga diturunkan berangsur-angsur.
Bagi Subhi ash-Shalih dalam bukunya Membahas ilmu-ilmu al-Qur’ann menjelaskan bahwa pendefinisian turunnya al-Qur’an seperti tersebut di atas merupakan hal yang mustahil, karena sesungguhnya proses turunnya al-Qur’an merupakan hal yang ghaib dan juga berlawanan dengan dzahir al-Qur’an.[7] Adapun menurut ulama Jumhur bahwa lafadz al-Qur’an tertulis di lauh al-mahfudz lalu dipindah dan diturunkan ke bumi. Dengan demikian, tidak ada lagi lafadz-lafadz al-Qur’an di lauh al-mahfudz. Menurut Hasbi ash-Shiddiqi yang dinukilkan bukan lafadz yang termaktub disana, hanya disalin lalu diturunkan.[8]
Turunnya al-Qur'an pertama kali pada layl al-qadr, yaitu ketika al-Qur'an dari kerajaan Tuhan ke dasar manusia, menjadikan adanya malam al-mi'raj; ketika nabi naik ke singgasana Tuhan sebagai realisasi semua bentuk spiritualitas dalam Islam. Turunnya al-Qur'an yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya, sangat mengagetkan orang dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah Illahi yang ada di balik itu.
Berbicara tentang periode turunnya al-Qur'an, maka kita akan mengalami pro dan kontra dikalangan ulama Ulum al-Qur'an sendiri, sebagaimana tercermin dalam kitab al-Itqan Fi Ulum al-Qur'an yang dikarang oleh Imam al-Suyuti. Disana terdapat beberapa pendapat dan perdebatan yang begitu alot dan sengit karena sama-sama mengklaim pendapat tersebut datangnya dari Muhammad saw.
Dalam Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an karya Manna Khalil al-Qattan, proses penurunan al-Qur’an dibedakan menjadi dua, yaitu turunnya al-Qur’an secara sekaligus dan turunnya al-Qur’an secara bertahap. Dalam pendefinisian tersebut disertakan juga pendapat-pendapat dari masing-masing madzhab beserta dalil pendukungnya.[9]
Melihat dari sisi pokok tujuan dan fungsi al-Qur'an diturunkannya pada nabi Muhammad saw khususnya, dan kepada seluruh masyarakat pada umumnya, Quraish Shihab membagi periode turunnya al-Qur'an ke dalam 3 periode.[10] Periode pertama merupakan awal turunnya wahyu pertama (iqra’) dimana nabi Muhammad belum diangkat menjadi Rasul, saat nabi Muhammad saw berkhalwat dan bertahanus (kontemplasi) di gua Hira, pada tanggal 17 ramadlan 41 nubuwah.[11] Dengan wahyu pertama itu, Muhammad merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turunnya wahyu yang kedualah Muhammad ditugaskan untuk mnyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya.[12] Adapun kandungan wahyu berkisar dalam tiga hal, yaitu pendidikan bagi Rasulullah saw dalam membentuk kepribadiannya sebagaimana dalam QS. 74: 1-7, QS 73:5, QS 26: 214-216, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al Allah swt. sebagaimana dalam QS. 87 dan QS. 112, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiyah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliyah ketika itu.
Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok; segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran al-Qur’an, sebagian besar dari masyarakat menolak ajaran al-Qur’an karena kebodohan mereka, keteguhan dalam mempertahankan tradisinya, dan dakwah al-Qur’an mulai melebar melampaui perbatasan Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya.
Periode kedua dari sejarah turunnya al-Qur’an berlangsung selama 8-9 tahun. Pada masa terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliyah, gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk menghalangi kemajuan dakwah Islamiah. Di mulai dari munculnya fitnah, intimidasi dan penganiayaan yang mengakibatkan para penganut ajaran al-Qur’an ketika itu terpaksa berhijrah ke Habsyah dan akhirnya berhijrah ke Madinah termasuk Rasulullah saw.
Pada periode ini, wahyu diturunkan oleh Allah swt. mulai mengarahkan pada ajaran universal, sehingga nabi Muhammad saw mulai berdakwah dengan terang-terangan karena dilihat dari ayat yang diturunkan bersifat ajaran ketauhidan dan ajaran ritual-ritual personal yang tidak menyangkut kepada nabi sepenuhnya.[13]
Pada masa tersebut, ayat-ayat al-Qur’an silih berganti menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu sebagaimana dalam QS. 16: 125. Di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman yang pedas terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran sebagaimana dalam QS. 41: 13. Selain itu, turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi mengenai keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat.
Peroide ketiga, dakwah islamiyah telah dapat dirasakan dan terwujud dengan prestasi gemilang, karena penganut-penganutnya telah dapat hidup dengan bebas tanpa ada tekanan dan gangguan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama di Yatsrib yang kemudian dikenal dengan sebutan al-Madinah al-Munawwaroh (kota yang cemerlang). Periode ini berlangsung selama 10 tahun, yang mana dalam periode ini timbul berbagai macam gejolak pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan pengembangan dan perkembangan kota, diantaranya adalah; prinsip-prinsip apakah yang mau dipakai atau diterapkan oleh orang-orang Islam Madinah untuk mencapai kebahagiaan atau bagaimanakah sikap kita terhadap orang-orang munafik, ahl al-kitab, orang-orang kafir, dan lain-lain, semuanya diterangkan dalam al-Qur'an dengan cara yang berbeda-beda. Ayat-ayat lainnya juga menerangkan tentang akhlak dan suluk yang harus diikuti oleh setiap Muslim dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ayat-ayat yang turun ditujukan kepada orang-orang munafik, ahl kitab dan orang-orang musyrik.[14]
Sementara itu, berdasarkan keterangan ulama yang diperoleh dalam kitab-kitab ulum al-Qur'an bahwa periode turunnya al-Qur'an terbagi menjadi 2 periode yaitu periode sebelum hijrah (surat makkiyah) dan periode setelah hijrah (ayat madaniyah).[15] Periodesasi makkiyah-madaniyah ini berpijak pada peristiwa hijrah Nabi sebagai titik peralihan. Dinamakan periode makkiyah, karena ayat-ayat yang diturunkan ketika nabi Muhammad saw di Makkah dan sekitarnya sebelum melakukan hijrah ke Madinah, umumnya berisi indzar (peringatan) sedangkan ayat madaniyah karena ayat-ayat diturunkan ketika nabi Muhammad saw berada di Madinah dan umumnya berisi tentang risalah. Sementara Hasby as-Sidiqi berpendapat bahwa surat-surat yang diturunkan di Makkah sejumlah 91 surat, dan adapun surat-surat yang diturunkan di madinah sebanyak 23 surat ini didasarkan pada pernyataan al-Khudari dalam kitabnya tharik al-tashri' al- islami.[16] Dalam rangka untuk membedakan ayat makkiyah dan ayat madaniyah, maka ulama ilmu tafsir membuat ciri-ciri yang membedakan agar tidak terjadi salah paham dalam memahami keduanya. Ciri-cirinya sebagai berikut; ayat makkiyah biasanya berkarakter pendek sedangkan ayat madaniyah berkarakter sebaliknya yaitu panjang-panjang (ayat tiwal) ayat madaniyyah biasanya dimulai dengan 'yaa ayyuhal ladzina a..manu', sementara ayat makkiyah dimulai dengan ''yaa ayyuhan annasu'', kebanyakan dari ayat makkiyah mengandung kajian ketauhidan atau kepercayaan adanya Allah Sang Maha Pencipta, siksaan dan nikmat di hari kemudian serta urusan-urusan kebaikan.
Adapun yang berkaitan dengan hukum-hukum yang tegas dan jelas kandungannya kebanyakan di turunkan di Madinah.[17] Semua ayat yang diturunkan di Madinah memberikan bimbingan kepada kaum muslim menuju jalan yang diridhai Allah swt disamping mendorong mereka untuk berjihad di jalan Allah swt dan juga kita anjurkan untuk memberi bimbingan akhlak yang baik kepada kaum muslimin yang hidup pada waktu itu.
Dengan kata lain, pembagian tahapan turunnya al-Qur'an secara global terbagi dalam beberapa fase yang disesuaikan dengan aspek periode, geografi, dan sosiologi. Pandangan pertama didasarkan pada aspek periode yang digabungkan dengan aspek geografis. Dalam hal ini biasa dikategorikan dengan periode Makkah dan Madinah atau sebelum dan sesudah hijrah dengan memiliki karakter masing-masing dari ayat yang turun.[18] Sementara dari aspek yang berkaitan dengan tujuan-tujuan al-Qur'an dengan obyek penyampaian misinya, yaitu manusia secara umum, bagi Quraish membagi dengan 3 periode, yaitu dua periode Makkah dan sisanya periode Madinah dengan pertimbangan aspek antropologis dan psikologis.
Terkandung hikmah dan faedah yang besar atas turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur, antara lain: Pertama, untuk menguatkan hati Rasul ketika menyampaikan dakwah, dimana nabi sering berhadapan dengan para penentangnya. Kedua, menentang dan melemahkan para penentang al-Qur’an, dimana nabi sering dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan nabi. Turunnya al-Qur’an yang berangsur-angsur ini menentang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan al-Qur’an, namun kenyataannya mereka tidak mampu, disinilah kemukjizatan al-Qur’an yang tidak tertandingi apapun dan siapapun. Ketiga, memudahkan untuk dihafal dan dipahami. Mengingat al-Qur’an turun di tengah-tengah masyarakat Arab yang ummi, yang tidak memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan, maka turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur ini memudahkan mereka untuk menghafal dan memahami. Keempat, mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian, dan Kelima, membuktikan dengan pasti bahwa al-Qur’an turun dari Allah swt. sampai Dia menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmat-Nya.[19]
C.           Hikmah Al Quran di turunkan secara langsung & berangsur
Ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari di turunkannya Al quran, baik secara langsung atau berangsur-angsur yaitu :
1.      Hikmah Al Quran di turunkan secara langsung, diantaranya :[20]
Ø  Menyatakan kebesaran Al-Qur’an dan kemuliaan orang yang kepadanya Al-Qur’an diturunkan.
Ø  Memberitahu kepada penghuni tujuh langit bahwa Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada rasul terakhir pula.
Ø  Menunjukkan suatu penghormatan kepada keturunan Adam di hadapan para malaikat akan perhatian Allah dan rahmat-Nya kepada mereka.
2.      Hikmah Al Quran di turunkan secara berangsur, diantaranya :[21]
Ø  Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah saw. Dalam melaksanakan tugasnya, kendati ia menghadapi hambatan dan tantangan (QS. Al-Furqon: 32-33). Disamping itu dapat juga menghibur hati beliau pada saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orag-orang kafir (QS. Al-Ahqof:5), dan sebaginya.
Ø  Untuk memudahkan nabi saw. Dalam menghafal lafad al-Qur’an, mengingat al-Qur’an bukan sya’ir atau prosa, tetapi kalam Allah yang sanagat berbobot isi maknanya, sehingga memerlukan hafalan dan kajian secara kusus.
Ø  Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan segala isinya oleh umat islam.
Ø  Al-Qur’an yang di Nuzulkan berulangkali, sebenarnya mengandung kemukjizatan tersendiri. Bahkan hal itu dapat membangkitkan rasa optimisme pada diri Nabi, sebab setiap persoalan yang dihadapi dapat dicarika jalan keluarnya dari penjelasan al-Qur’an
Ø  Untuk membuktikan bahwa al-Qur’an benar-benar kalam Allah, bukan kalam Muhammad. Jadi, al-Qur’an secara berangsur-angsur ini utuk menepis anggapan tersebut.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Al quran adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Mukjizat Bagi Nabi Muhammad, Dinukilkan secara Mutawatir, membacanya bernilai ibadah, tertulis dalam mushhaf, diawali alfatihah dan diakhiri surat an-Nas
Dalam proses penurunannya al-Qur’an dibedakan menjadi dua, yaitu turunnya al-Qur’an secara sekaligus dan turunnya al-Qur’an secara bertahap, dalam pendefinisian tersebut disertakan juga pendapat-pendapat dari masing-masing madzhab beserta dalil pendukungnya.
Sedangkan hikmah dari Al Quran di turunkan secara langsung & berangsur diantaranya :
Ø  Menyatakan kebesaran Al-Qur’an dan kemuliaan orang yang kepadanya Al-Qur’an diturunkan dan Memberitahu kepada penghuni tujuh langit bahwa Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada rasul terakhir pula, juga Menunjukkan suatu penghormatan kepada keturunan Adam di hadapan para malaikat akan perhatian Allah dan rahmat-Nya kepada mereka.
Ø  Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah saw. Dalam melaksanakan tugasnya, dan juga Untuk memudahkan nabi saw. Dalam menghafal dan memahami lafad al-Qur’an, mengingat al-Qur’an bukan sya’ir atau prosa, tetapi kalam Allah yang sanagat berbobot isi maknanya, sehingga memerlukan hafalan dan kajian secara kusus.
Ø  Al-Qur’an yang di Nuzulkan berulangkali, sebenarnya mengandung kemukjizatan tersendiri. Untuk membuktikan bahwa al-Qur’an benar-benar kalam Allah, bukan kalam Muhammad. Jadi, al-Qur’an secara berangsur-angsur ini utuk menepis anggapan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
  Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an (Cet. 5; Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000)
  Hudhari Bik, Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, terj. Mohammad Zuhri (ttp: Rajamurah al-Qana’ah, 1980)
Jalaluddin Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, jilid 2, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1999)
Ahmad Shams Madyan, Peta Pembelajaran al-Qur'an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
  Rosihan Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2007)
  M. Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Pengantar Ilmu al-Qur’an danTafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1993)
M. Quraish Syihab, Membumikan al-Qur'an (Cet. 18; Bandung: Mizan, 1998)
  Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Nur Rakhim., dkk. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993)
  Alawy al-Maliki, Zubdah al-Itqan Fi Ulum al-Qur'an (Beirut, Dar al-Fikr, t.t)
  M. Hasbi ash-Siddiqi, Ilmu-Ilmu al-Qur'an: Ilmu-Ilmu Pokok dalam Menafsirkan al-Qur'an (Semarang: PT. Rizki Putra, 2002)
 Nur Rofi’ah, al-Qur’an dalam Mulyadi Kartanegara, Pengantar Studi Islam (Jakarta: Ushul Press, 2011)
 
 



[1] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an (Cet. 5; Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000), h. 15-17
[2] Hudhari Bik, Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, terj. Mohammad Zuhri (ttp: Rajamurah al-Qana’ah, 1980), h. 5-6.
[3] Jalaluddin Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, jilid 2, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1999), h. 168-171.
[4] Ahmad Shams Madyan, Peta Pembelajaran al-Qur'an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 60.
[5] Rosihan Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 36.
[6] M. Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Pengantar Ilmu al-Qur’an danTafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 74.
[7] Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Nur Rakhim., dkk. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), h. 55-56.
[8] Ash-Shiddiqi, Sejarah Pengantar, h. 52.
[9] Lihat Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an,,,,,, h. 144-156.
[10] M. Quraish Syihab, Membumikan al-Qur'an (Cet. 18; Bandung: Mizan, 1998), h.35.
[11] Alawy al-Maliki, Zubdah al-Itqan Fi Ulum al-Qur'an (Beirut, Dar al-Fikr, t.t), h. 20.
[12] QS. 74:1-2.
[13] Al-Maliki, Zubdah, h. 35-36. 
[14] Shihab, Membumikan, h. 38. 
[15] M. Hasbi ash-Siddiqi, Ilmu-Ilmu al-Qur'an: Ilmu-Ilmu Pokok dalam Menafsirkan al-Qur'an (Semarang: PT. Rizki Putra, 2002), h. 80-81. 
[16] Ash-Siddiqi, Sejarah, h. 35-36.
[17] Nur Rofi’ah, al-Qur’an dalam Mulyadi Kartanegara, Pengantar Studi Islam (Jakarta: Ushul Press, 2011), h. 109-111.
[18] Ash-Shalih, Membahas …, h. 167. 
[19] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an h. 36-37.
[20] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an ,,,,,,h. 151.
[21] Ibid., h 157-174

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "pengertian dari Al Quran ?"

Posting Komentar

Chat Room

Kamu bisa chat bareng Admin di sini dengan Messenger,
Terima kasih.

Chat on Messenger