pengertian dari Al Quran ?
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Allah menurunkan al-Qur'an kepada Nabi kita Muhammad saw untuk
memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya al-Qur'an merupakan peristiwa besar
yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi.
Sebagai satu-satunya wahyu yang masih ada hingga sekarang, al-Qur'an merupakan
Kitab yang tidak pernah tercampur dengan kebatilan dari manapun datangnya.
Sebagai verbum-dei (kalamu Allah), al-Qur'an mencakup spiritualitas
dan doa Muhammad (al-baqarat al-Muhammadiyat), dan semua jalan spiritualnya
berasal dari substansi eksistensi Rasul sendiri melalui penurunan Firman Tuhan
ke dalam jiwa rasulnya yang suci. Kandungan
pesan Ilahi yang disampaikan Nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan
basis untuk kehidupan individual dan sosial kaum muslimin dalam segala
aspeknya. Bahkan, masyarakat muslim mengawali eksistensinya dan memperoleh
kekuatan hidup dengan merespon da'wah al-Qur'an.
Menjadi suatu keharusan dan keniscayaan bagi orang-orang Islam
untuk mengenal sejarah turunnya al-Qur'an, karena al-Qur'an selain sebagai
sumber ajaran Islam, juga sebagai way of life yang menjamin kesenangan dan
kebahagiaan dunia akhirat bagi pemeluknya. Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia yang meletakkan dasar-dasar prinsipil segala persoalan kehidupan dan
merupakan Kitab yang universal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dari
makalah ini adalah:
1.
Apa pengertian dari Al Quran ?
2.
Bagaimana priodeisasi turunnya Al Quran ?
3.
Apa hikmah dari pada di turunkannya Al Quran
secara langsung dan berangsur – angsur ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al Quran
Secara bahasa Quran itu sama dengan masdar
qira’ah dari kata qara’a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun.
Sedangkan secara istilah, ulama’ berbeda -
beda dalam mendefinisikannya tanpa mencedreai satu sama lainnya, dan yang
paling masyhur definisi al quran adalah : Kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, Mukjizat Bagi Nabi Muhammad, Dinukilkan secara Mutawatir,
membacanya bernilai ibadah, tertulis dalam mushhaf, diawali alfatihah dan
diakhiri surat an-Nas.[1]
B.
Priodeisasi Turunnya Al Quran
Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 6666 ayat, 114
surah, diturunkan oleh Allah swt. kepada nabi Muhammad saw melalui perantara
malaikat Jibril secara bertahap dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu
malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijjah haji Wada’
tahun 63 dari kelahiran nabi atau tahun 10 H.[2]
Dalam proses pewahyuannya, terdapat beberapa cara, yaitu pertama, al-Qur’an
turun dengan cara Allah swt. berbicara langsung kepada nabi Muhammad dalam
keadaan terjaga (tidak tidur). Kedua, malaikat Jibril turun dalam wujud
manusianya dan membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada nabi Muhammad, kemudian diikuti
oleh nabi Muhammad. Dan yang ketiga, al-Qur’an turun dengan didahului suara
gemerincing lonceng yang sangat kuat. Cara yang terakhir inilah cara yang
dirasa nabi Muhammad sangat berat saat menerima wahyu Allah swt. Sedangkan
pendapat lainnya muncul dari al-Suyuti seorang ahli al-Qur’an menyebutkan
beberapa model lain dari pewahyuan al-Qur’an, yaitu pewahyuan dalam tidur dan
pewahyuan nabi selama perjalanan Isra.[3]
Dalam beberapa doktrin teologis dikatakan
bahwa sebelum diturunkan, al-Qur'an telah tersimpan dalam Lauh al-Mahfudz
(QS.al-Buruj: 21-22), yaitu catatan gaib yang sangat besar, detail, dan
kompleks tentang segala sesuatu yang tercipta, baik yang ada, akan ada dan
sudah tiada.[4]
Catatan ini telah tertulis sejak zaman Azali (zaman sebelum ada penciptaan).
Kemudian diturunkan secara total, utuh ke Baitul Izzah yang berada di lapisan
langit terdekat dengan bumi (sama'ad dunya), kemudian diturunkan oleh malaikat
Jibril secara gradual, tidak secara sekaligus, melainkan turun sesuai dengan
kebutuhan. Bahkan, sering wahyu turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat
yang dilontarkan kepada nabi atau untuk membenarkan tindakan nabi Muhammad saw.
Meski demikian, banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar
belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.[5]
Pendapat lain menyebutkan bahwa kayfiyat
diturunkannya al-Qur’an ada tiga cara, yaitu:
Pendapat pertama, al-Qur’an diturunkan ke langit dunia pada
layl al-qadr sekaligus yakni lengkap dari awal hingga akhirnya. Kemudian
diturunkan secara berangsur-angsur sesudah itu dalam tempo 20 tahun atau 23
tahun atau 25 tahun berdasar pada perselisihan yang terjadi tentang berapa lama
nabi bermukim di Makkah sesudah beliau diangkat menjadi rasul.
Pendapat kedua, al-Qur’an diturunkan ke langit dunia dalam
20 kali layl al qadr dalam 20 tahun atau 23 layl al-qadr dalam 23 tahun, atau
25 layl al daqr dalam 25 tahun. Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit
dunia, sekedar yang hendak diturunkan dalam tahun itu kepada nabi Muhammad saw
secara berangsur-angsur.
Pendapat ketiga, al-Qur’an itu permulaan turunnya ialah di
malam layl al qadr, kemudian diturunkan setelah itu dengan berangsur-angsur
dalam berbagai waktu.[6]
Pendapat lain menyebutkan bahwa al-Qur’an
diturunkan dalam tiga kali dan tiga tingkat. Pertama, diturunkan ke Lauh
al-mahfudz. Kedua, ke Baityl Izzah di langit dunia. dan Ketiga diturunkan
berangsur-angsur.
Bagi Subhi ash-Shalih dalam bukunya Membahas
ilmu-ilmu al-Qur’ann menjelaskan bahwa pendefinisian turunnya al-Qur’an seperti
tersebut di atas merupakan hal yang mustahil, karena sesungguhnya proses
turunnya al-Qur’an merupakan hal yang ghaib dan juga berlawanan dengan dzahir
al-Qur’an.[7]
Adapun menurut ulama Jumhur bahwa lafadz al-Qur’an tertulis di lauh al-mahfudz
lalu dipindah dan diturunkan ke bumi. Dengan demikian, tidak ada lagi
lafadz-lafadz al-Qur’an di lauh al-mahfudz. Menurut Hasbi ash-Shiddiqi yang
dinukilkan bukan lafadz yang termaktub disana, hanya disalin lalu diturunkan.[8]
Turunnya al-Qur'an pertama kali pada layl
al-qadr, yaitu ketika al-Qur'an dari kerajaan Tuhan ke dasar manusia,
menjadikan adanya malam al-mi'raj; ketika nabi naik ke singgasana Tuhan sebagai
realisasi semua bentuk spiritualitas dalam Islam. Turunnya al-Qur'an yang kedua
kali secara bertahap, berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya, sangat
mengagetkan orang dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi
mereka rahasia hikmah Illahi yang ada di balik itu.
Berbicara tentang periode turunnya al-Qur'an,
maka kita akan mengalami pro dan kontra dikalangan ulama Ulum al-Qur'an
sendiri, sebagaimana tercermin dalam kitab al-Itqan Fi Ulum al-Qur'an yang
dikarang oleh Imam al-Suyuti. Disana terdapat beberapa pendapat dan perdebatan
yang begitu alot dan sengit karena sama-sama mengklaim pendapat tersebut
datangnya dari Muhammad saw.
Dalam Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an karya Manna
Khalil al-Qattan, proses penurunan al-Qur’an dibedakan menjadi dua, yaitu
turunnya al-Qur’an secara sekaligus dan turunnya al-Qur’an secara bertahap.
Dalam pendefinisian tersebut disertakan juga pendapat-pendapat dari
masing-masing madzhab beserta dalil pendukungnya.[9]
Melihat dari sisi pokok tujuan dan fungsi
al-Qur'an diturunkannya pada nabi Muhammad saw khususnya, dan kepada seluruh
masyarakat pada umumnya, Quraish Shihab membagi periode turunnya al-Qur'an ke
dalam 3 periode.[10]
Periode pertama merupakan awal turunnya wahyu pertama (iqra’) dimana nabi
Muhammad belum diangkat menjadi Rasul, saat nabi Muhammad saw berkhalwat dan
bertahanus (kontemplasi) di gua Hira, pada tanggal 17 ramadlan 41 nubuwah.[11]
Dengan wahyu pertama itu, Muhammad merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan
untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turunnya wahyu yang kedualah
Muhammad ditugaskan untuk mnyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya.[12]
Adapun kandungan wahyu berkisar dalam tiga hal, yaitu pendidikan bagi
Rasulullah saw dalam membentuk kepribadiannya sebagaimana dalam QS. 74: 1-7, QS
73:5, QS 26: 214-216, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al
Allah swt. sebagaimana dalam QS. 87 dan QS. 112, keterangan mengenai
dasar-dasar akhlak Islamiyah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai
pandangan hidup masyarakat jahiliyah ketika itu.
Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan
telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu.
Reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok; segolongan kecil dari mereka
menerima dengan baik ajaran-ajaran al-Qur’an, sebagian besar dari masyarakat
menolak ajaran al-Qur’an karena kebodohan mereka, keteguhan dalam
mempertahankan tradisinya, dan dakwah al-Qur’an mulai melebar melampaui
perbatasan Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya.
Periode kedua dari sejarah turunnya al-Qur’an
berlangsung selama 8-9 tahun. Pada masa terjadi pertarungan hebat antara
gerakan Islam dan jahiliyah, gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala
cara dan sistem untuk menghalangi kemajuan dakwah Islamiah. Di mulai dari
munculnya fitnah, intimidasi dan penganiayaan yang mengakibatkan para penganut
ajaran al-Qur’an ketika itu terpaksa berhijrah ke Habsyah dan akhirnya
berhijrah ke Madinah termasuk Rasulullah saw.
Pada periode ini, wahyu diturunkan oleh Allah
swt. mulai mengarahkan pada ajaran universal, sehingga nabi Muhammad saw mulai
berdakwah dengan terang-terangan karena dilihat dari ayat yang diturunkan
bersifat ajaran ketauhidan dan ajaran ritual-ritual personal yang tidak
menyangkut kepada nabi sepenuhnya.[13]
Pada masa tersebut, ayat-ayat al-Qur’an silih
berganti menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan
kondisi dakwah ketika itu sebagaimana dalam QS. 16: 125. Di lain pihak,
ayat-ayat kecaman dan ancaman yang pedas terus mengalir kepada kaum musyrik
yang berpaling dari kebenaran sebagaimana dalam QS. 41: 13. Selain itu, turun
juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi mengenai keesaan Tuhan dan kepastian
hari kiamat.
Peroide ketiga, dakwah islamiyah telah dapat
dirasakan dan terwujud dengan prestasi gemilang, karena penganut-penganutnya
telah dapat hidup dengan bebas tanpa ada tekanan dan gangguan dalam menjalankan
ajaran-ajaran agama di Yatsrib yang kemudian dikenal dengan sebutan al-Madinah
al-Munawwaroh (kota yang cemerlang). Periode ini berlangsung selama 10 tahun,
yang mana dalam periode ini timbul berbagai macam gejolak pemikiran-pemikiran
yang berkaitan dengan pengembangan dan perkembangan kota, diantaranya adalah;
prinsip-prinsip apakah yang mau dipakai atau diterapkan oleh orang-orang Islam
Madinah untuk mencapai kebahagiaan atau bagaimanakah sikap kita terhadap
orang-orang munafik, ahl al-kitab, orang-orang kafir, dan lain-lain, semuanya
diterangkan dalam al-Qur'an dengan cara yang berbeda-beda. Ayat-ayat lainnya
juga menerangkan tentang akhlak dan suluk yang harus diikuti oleh setiap Muslim
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ayat-ayat yang turun ditujukan kepada
orang-orang munafik, ahl kitab dan orang-orang musyrik.[14]
Sementara itu, berdasarkan keterangan ulama
yang diperoleh dalam kitab-kitab ulum al-Qur'an bahwa periode turunnya
al-Qur'an terbagi menjadi 2 periode yaitu periode sebelum hijrah (surat
makkiyah) dan periode setelah hijrah (ayat madaniyah).[15]
Periodesasi makkiyah-madaniyah ini berpijak pada peristiwa hijrah Nabi sebagai
titik peralihan. Dinamakan periode makkiyah, karena ayat-ayat yang diturunkan
ketika nabi Muhammad saw di Makkah dan sekitarnya sebelum melakukan hijrah ke
Madinah, umumnya berisi indzar (peringatan) sedangkan ayat madaniyah karena
ayat-ayat diturunkan ketika nabi Muhammad saw berada di Madinah dan umumnya
berisi tentang risalah. Sementara Hasby as-Sidiqi berpendapat bahwa surat-surat
yang diturunkan di Makkah sejumlah 91 surat, dan adapun surat-surat yang
diturunkan di madinah sebanyak 23 surat ini didasarkan pada pernyataan al-Khudari
dalam kitabnya tharik al-tashri' al- islami.[16]
Dalam rangka untuk membedakan ayat makkiyah dan ayat madaniyah, maka ulama ilmu
tafsir membuat ciri-ciri yang membedakan agar tidak terjadi salah paham dalam
memahami keduanya. Ciri-cirinya sebagai berikut; ayat makkiyah biasanya
berkarakter pendek sedangkan ayat madaniyah berkarakter sebaliknya yaitu
panjang-panjang (ayat tiwal) ayat madaniyyah biasanya dimulai dengan 'yaa
ayyuhal ladzina a..manu', sementara ayat makkiyah dimulai dengan ''yaa ayyuhan
annasu'', kebanyakan dari ayat makkiyah mengandung kajian ketauhidan atau
kepercayaan adanya Allah Sang Maha Pencipta, siksaan dan nikmat di hari
kemudian serta urusan-urusan kebaikan.
Adapun yang berkaitan dengan hukum-hukum yang
tegas dan jelas kandungannya kebanyakan di turunkan di Madinah.[17]
Semua ayat yang diturunkan di Madinah memberikan bimbingan kepada kaum muslim
menuju jalan yang diridhai Allah swt disamping mendorong mereka untuk berjihad
di jalan Allah swt dan juga kita anjurkan untuk memberi bimbingan akhlak yang
baik kepada kaum muslimin yang hidup pada waktu itu.
Dengan kata lain, pembagian tahapan turunnya
al-Qur'an secara global terbagi dalam beberapa fase yang disesuaikan dengan
aspek periode, geografi, dan sosiologi. Pandangan pertama didasarkan pada aspek
periode yang digabungkan dengan aspek geografis. Dalam hal ini biasa
dikategorikan dengan periode Makkah dan Madinah atau sebelum dan sesudah hijrah
dengan memiliki karakter masing-masing dari ayat yang turun.[18]
Sementara dari aspek yang berkaitan dengan tujuan-tujuan al-Qur'an dengan obyek
penyampaian misinya, yaitu manusia secara umum, bagi Quraish membagi dengan 3
periode, yaitu dua periode Makkah dan sisanya periode Madinah dengan
pertimbangan aspek antropologis dan psikologis.
Terkandung hikmah dan faedah yang besar atas
turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur, antara lain: Pertama, untuk
menguatkan hati Rasul ketika menyampaikan dakwah, dimana nabi sering berhadapan
dengan para penentangnya. Kedua, menentang dan melemahkan para penentang
al-Qur’an, dimana nabi sering dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan sulit yang
dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan nabi. Turunnya
al-Qur’an yang berangsur-angsur ini menentang mereka untuk membuat sesuatu yang
serupa dengan al-Qur’an, namun kenyataannya mereka tidak mampu, disinilah
kemukjizatan al-Qur’an yang tidak tertandingi apapun dan siapapun. Ketiga,
memudahkan untuk dihafal dan dipahami. Mengingat al-Qur’an turun di
tengah-tengah masyarakat Arab yang ummi, yang tidak memiliki pengetahuan
tentang bacaan dan tulisan, maka turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur ini
memudahkan mereka untuk menghafal dan memahami. Keempat, mengikuti peristiwa
dan kejadian-kejadian, dan Kelima, membuktikan dengan pasti bahwa al-Qur’an
turun dari Allah swt. sampai Dia menyempurnakan agama ini dan mencukupkan
nikmat-Nya.[19]
C.
Hikmah Al Quran di turunkan secara langsung
& berangsur
Ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari
di turunkannya Al quran, baik secara langsung atau berangsur-angsur yaitu :
1.
Hikmah Al Quran di turunkan secara langsung,
diantaranya :[20]
Ø
Menyatakan kebesaran Al-Qur’an dan kemuliaan
orang yang kepadanya Al-Qur’an diturunkan.
Ø
Memberitahu kepada penghuni tujuh langit bahwa
Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada rasul terakhir pula.
Ø
Menunjukkan suatu penghormatan kepada
keturunan Adam di hadapan para malaikat akan perhatian Allah dan rahmat-Nya
kepada mereka.
2.
Hikmah Al Quran di turunkan secara berangsur,
diantaranya :[21]
Ø
Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah
saw. Dalam melaksanakan tugasnya, kendati ia menghadapi hambatan dan tantangan
(QS. Al-Furqon: 32-33). Disamping itu dapat juga menghibur hati beliau pada
saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orag-orang kafir (QS.
Al-Ahqof:5), dan sebaginya.
Ø
Untuk memudahkan nabi saw. Dalam menghafal
lafad al-Qur’an, mengingat al-Qur’an bukan sya’ir atau prosa, tetapi kalam
Allah yang sanagat berbobot isi maknanya, sehingga memerlukan hafalan dan
kajian secara kusus.
Ø
Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan segala
isinya oleh umat islam.
Ø
Al-Qur’an yang di Nuzulkan berulangkali,
sebenarnya mengandung kemukjizatan tersendiri. Bahkan hal itu dapat
membangkitkan rasa optimisme pada diri Nabi, sebab setiap persoalan yang
dihadapi dapat dicarika jalan keluarnya dari penjelasan al-Qur’an
Ø
Untuk membuktikan bahwa al-Qur’an benar-benar
kalam Allah, bukan kalam Muhammad. Jadi, al-Qur’an secara berangsur-angsur ini
utuk menepis anggapan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al quran adalah Kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, Mukjizat Bagi Nabi Muhammad, Dinukilkan secara
Mutawatir, membacanya bernilai ibadah, tertulis dalam mushhaf, diawali
alfatihah dan diakhiri surat an-Nas
Dalam proses penurunannya al-Qur’an dibedakan
menjadi dua, yaitu turunnya al-Qur’an secara sekaligus dan turunnya al-Qur’an
secara bertahap, dalam pendefinisian tersebut disertakan juga pendapat-pendapat
dari masing-masing madzhab beserta dalil pendukungnya.
Sedangkan hikmah dari Al Quran di turunkan secara
langsung & berangsur diantaranya :
Ø
Menyatakan kebesaran Al-Qur’an dan kemuliaan
orang yang kepadanya Al-Qur’an diturunkan dan Memberitahu kepada penghuni tujuh
langit bahwa Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada rasul
terakhir pula, juga Menunjukkan suatu penghormatan kepada keturunan Adam di
hadapan para malaikat akan perhatian Allah dan rahmat-Nya kepada mereka.
Ø
Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah
saw. Dalam melaksanakan tugasnya, dan juga Untuk memudahkan nabi saw. Dalam
menghafal dan memahami lafad al-Qur’an, mengingat al-Qur’an bukan sya’ir atau
prosa, tetapi kalam Allah yang sanagat berbobot isi maknanya, sehingga
memerlukan hafalan dan kajian secara kusus.
Ø
Al-Qur’an yang di Nuzulkan berulangkali, sebenarnya
mengandung kemukjizatan tersendiri. Untuk membuktikan bahwa al-Qur’an
benar-benar kalam Allah, bukan kalam Muhammad. Jadi, al-Qur’an secara
berangsur-angsur ini utuk menepis anggapan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Manna
Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an (Cet. 5; Jakarta: Litera Antar
Nusa, 2000)
Hudhari Bik, Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, terj. Mohammad Zuhri (ttp:
Rajamurah al-Qana’ah, 1980)
Jalaluddin Abdurrahman ibn Abu Bakar
al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, jilid 2, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi,
1999)
Ahmad Shams Madyan, Peta Pembelajaran
al-Qur'an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Rosihan Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2007)
M.
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Pengantar Ilmu al-Qur’an danTafsir (Jakarta: Bulan
Bintang, 1993)
M. Quraish Syihab, Membumikan al-Qur'an (Cet.
18; Bandung: Mizan, 1998)
Subhi
ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Nur Rakhim., dkk. (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1993)
Alawy
al-Maliki, Zubdah al-Itqan Fi Ulum al-Qur'an (Beirut, Dar al-Fikr, t.t)
M.
Hasbi ash-Siddiqi, Ilmu-Ilmu al-Qur'an: Ilmu-Ilmu Pokok dalam Menafsirkan
al-Qur'an (Semarang: PT. Rizki Putra, 2002)
Nur
Rofi’ah, al-Qur’an dalam Mulyadi Kartanegara, Pengantar Studi Islam (Jakarta:
Ushul Press, 2011)
[1]
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an (Cet. 5; Jakarta:
Litera Antar Nusa, 2000), h. 15-17
[2]
Hudhari Bik, Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, terj. Mohammad Zuhri (ttp:
Rajamurah al-Qana’ah, 1980), h. 5-6.
[3]
Jalaluddin Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an,
jilid 2, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1999), h. 168-171.
[4]
Ahmad Shams Madyan, Peta Pembelajaran al-Qur'an (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), h. 60.
[5]
Rosihan Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 36.
[6]
M. Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Pengantar Ilmu al-Qur’an danTafsir
(Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 74.
[7]
Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Nur Rakhim., dkk.
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), h. 55-56.
[8]
Ash-Shiddiqi, Sejarah Pengantar, h. 52.
[10]
M. Quraish Syihab, Membumikan al-Qur'an (Cet. 18; Bandung: Mizan, 1998),
h.35.
[11]
Alawy al-Maliki, Zubdah al-Itqan Fi Ulum al-Qur'an (Beirut, Dar al-Fikr,
t.t), h. 20.
[12]
QS. 74:1-2.
[14] Shihab, Membumikan, h. 38.
[15] M. Hasbi ash-Siddiqi, Ilmu-Ilmu
al-Qur'an: Ilmu-Ilmu Pokok dalam Menafsirkan al-Qur'an (Semarang: PT. Rizki
Putra, 2002), h. 80-81.
[16]
Ash-Siddiqi, Sejarah, h. 35-36.
[17]
Nur Rofi’ah, al-Qur’an dalam Mulyadi Kartanegara, Pengantar Studi Islam
(Jakarta: Ushul Press, 2011), h. 109-111.
[19]
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an h. 36-37.
[21]
Ibid., h 157-174
0 Response to "pengertian dari Al Quran ?"
Posting Komentar